Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Mengenai Pernikahan Yang Seharusnya Kalian Tahu


Di Artikel kali ini saya tidak akan membahas tentang game dan teknologi melainkan pengalaman sehari - hari yang sering saya alami, dan saya menuliskan rangkuman di artikel ini.

Beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke tempat pernikahan salah satu teman lama atau bisa dibilang sahabat dekat saya. Karena tempat pernikahan teman saya searah dengan rumah orang tua saya (saya tidak tinggal serumah dengan orang tua alias tinggal di kosan), saya mampir sebentar ke rumah orangtua saya. Dan seperti biasa obrolan santai melintas, saya mengobrol dengan kedua orang tua saya.

“Kamu kayaknya kondangan terus, temen temen mu udah pada nikah lho, lha terus kapan mau nikah?” Suara medok ibu saya dengan nada yang agak mengejek tiba tiba keluar.

“Besoklah bu, kalo gak minggu depan ya bulan depan nikahnya” Jawabku dengan candaan.

Bagi saya pribadi sih, saya memang belum berminat untuk menikah dan mungkin dengan artikel ini saya akan share juga alasan yang menunjukkan kenapa saya enggan menikah di usia muda. Tapi sebelum itu saya ingin menyampaikan bahwa semua yang tertulis di artikel kali ini adalah semuanya merupakan opini atau pendapat pribadi saya sendiri ya?

Benar, kebanyakan teman dekat saya beberapa sudah menikah, mereka memutuskan untuk menjalani ikatan suci nan sakral itu di usia muda mereka. Saya tidak mengatakan menikah di usia muda adalah salah, justru sebaliknya saya merasa teman saya yang sudah menikah muda adalah orang yang sangat hebat, yang mampu menanggung beban berat bahtera rumah tangga (apasih coy).

Saya adalah seorang content writer, saya sudah hampir 1 tahun menulis konten baik itu di blog pribadi saya maupun sebagai kontributor di portal - portal web lain. Profesi ini menjadikan saya sebagai orang yang harus, atau lebih tepatnya suka tidak suka membaca banyak sekali berita, artikel, infographics, statistik, dari berbagai sumber agar saya mampu menghasilkan sebuah konten yang baik, menghibur dan tentunya juga memberikan nilai atau manfaat, termasuk mengenai pernikahan ini.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik atau BPS, pada tahun 2015 angka perceraian di indonesia mencapai 347.256 kasus perceraian. Data tersebut meningkat pada tahun 2017 berdasarkan data dari kementrian agama pada tahun 2017 yaitu mencapai 374.516 perkara yang sudah diputuskan oleh pengadilan agama. Kenapa bisa tingkat perceraian bisa tinggi? Dan saya sangat heran dengan angka tersebut dan berusaha memahami, kenapa banyak orang mengidam - idamkan pernikahan akan tetapi tingkat perceraian di indonesia termasuk tinggi? Hal ini adalah yang mendorong saya untuk menulis artikel ini.
Media
Media sekarang sudah sangat tidak terbatas sumbernya. Internet mengindex atau menyimpan data yang sangat besar. Efek dari dari berkembangnya internet ini sangat berpengaruh dengan kehidupan sosial.

Jika kita lihat di foto instagram teman kita dan melihat dia selalu upload foto wisata sehari 3 kali seperti saat kita minum obat kita terkadang iri bukan? “Wah enak ya jalan - jalan terurs” “bla bla bla”, padahal sebenarnya dia memang bekerja atau mungkin itu memang sudah tugas dia.

Berlaku juga dengan foto pernikahan, sorotan media tentang pernikahan sangatlah berlebihan menurut saya pribadi. Jika yang disorot adalah persiapan mengenai pernikahan entah itu dari segi ekonomi, segi mental dan emosional, kemudian dari segi manajemen hubungan itu sangatlah membantu, tapi yang disorot adalah “kemewahan” pernikahan. Seolah - olah pernikahan hanya berhenti setelah melakukan “resepsi mewah”. Pengaruh media ini menjadikan salah satu faktor yang menyebabkan banyak orang lebih mengutamakan pesta resepsi, dibandingkan dengan ikatan sakral pernikahan.

Faktor Ekonomi


Saya merupakan orang yang sangat setuju dengan persyaratan yang satu ini, yaitu faktor ekonomi. Karena faktor ekonomi ini sangat berpengaruh dan bisa menjadi pemicu masalah yang sangat besar di hubungan rumah tangga. Tidak percaya? Saya akan mengutip  artikel mengenai tren perceraian yang terjadi di indonesia.

Menurut Abdul Manaf, mayoritas penyebab perceraian didorong dua persoalan besar yang sering dialami dalam gugatan perceraian yakni persoalan ekonomi dan perselisihan yang tidak berkesudahan dalam membina mahligai rumah tangga. Persoalan kurang tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mendapat angka yang cukup besar dalam banyak kasus perceraian.

Dua persoalan besar tersebut adalah ekonomi dan perselisihan yang tidak berkesudahan. Dua poin ini sangatlah menarik untuk di garis bawahi. Faktor ekonomi ini adalah salah satu faktor terbesar.

Bayangkan analogi ini, jika kita kesulitan dari segi faktor ekonomi apa yang terjadi? Kemungkinan adalah terjadinya konflik. Jika kita tidak memiliki kesiapan mental, emosional maka akan terjadi konflik terus menerus dan rumah tangga akan hancur atau setidaknya akan retak. Manajemen konflik juga sangatlah dibutuhkan, karena dengan begitu kita bisa berkompromi ketika terjadi konflik. Bukan tangan melayang melainkan kata sayang yang keluar alias diskusi.

Tapi, kenapa orang tua kita dulu berhasil membina rumah tangga mereka? Mereka kan nikah muda di usia awal 20 an tahun? Kenapa sekarang tidak bisa harusnya bisa lho? Toh mereka nikah juga gak punya apa - apa lho.

Ketika beradu argumen dengan teman mengenai pernikahan, saya sering mendengar kalimat ini keluar. Nah, jawaban pribadi saya adalah dijaman orang tua saya dahulu memang kebanyakan berhasil dalam membina rumah tangga mereka. Disebabkan perkembangan media informasi yang ada pada waktu itu masih sangatlah terbatas. Kita jarang melihat postingan mobil mewah, jam tangan mewah, tempat wisata yang mewah, sehingga kalau kita lihat lebih dalam lagi faktor yang menyebabkan konflik di masa orangtua kita, lebih sedikit sehingga perceraian pada waktu itu kemunkinan juga sedikit. Kenapa kemungkinan? Ya karena belum ada data pasti dan ini hanya merupakan pendapat saya pribadi.

Ya, percaya tidak percaya media informasi yang ada di internet sekarang ini bisa dijadikan bahan untuk perdebatan semua.

Kesiapan Mental

Yakin mental kalian siap mengarungi bahtera rumah tangga? Yakin kalian punya tenaga, pikiran, usaha atau effort tambahan untuk menghadapai konflik yang akan terjadi? Bukan kabur atau menghindar melainkan menyelesaikan dengan baik - baik setiap konflik yang ada?

Selamat berarti kalian sudah siap untuk menikah. Eh tapi tunggu deh. Bagaimana kalian bisa tahu kalian siap? Atau bagaimana kalian tahu kalo pasanganmu itu siap? Silakan temukan jawaban kalian sendiri ya?

Pernikahan mudah di indonesia sangatlah menjamur. Di usia kurang dari 20 tahun, mereka sudah menikah dan mereka beserta orang terdekat mereka menganggap bahwa dengan menikah adalah wujud dari kedewasaan. Salah satu faktor dari pernikahan yang sangat dini ini adalah stigma masyarakat tentang pernikahan. Kebanyakan masyarakat indonesia ini menganggap semakin cepat menikah akan semakin baik. Well, ini bisa menjadi buah simalakama untuk hubungan mereka.

Secara psikologis umur 20 tahunan adalah umur yang belum bisa dianggap “dewasa” sepenuhnya. Tidak ada patokan atau penelitian yang memuaskan tentang umur yang pas untuk menikah, namun menurut beberapa penelitian para ahli setuju bahwa usia 20 akhir dan awal 30an adalah usia yang pas. Karena di usia mereka, mereka bisa cukup memahami tentang segala yang akan terjadi baik dari segi ekonomi, mental dan manajemen konflik, tidak hanya mengandalkan hormon atau yang katanya adalah keindahan cinta sesaat.

kesimpulan


Faktor yang menyebabkan perceraian dari sebuah pernikahan memang sangatlah banyak dan bervariasi. Setidaknya kita mengetahui faktor - faktor utama yang menyebabkan terjadinya perceraian dan berusaha melakukan tindak pencegahan agar hal ini tidak terjadi pada kita nantinya.

Artikel ini dibuat berdasarkan dengan curhatan dan pendapat pribadi, jika kalian punya pendapat lain bisa di share di kolom komentar ya? Saya menerima semua kritik dan saran dari kalian semua. Jangan lupa share artikel ini ke teman - teman kalian ya?
Yoki Andika
Yoki Andika Well. I am a passionate blogger, drama lover, Tech lover, and Game Enthusiast, which will learn to write and speak English. Glad to see you here!

Post a Comment for "Cerita Mengenai Pernikahan Yang Seharusnya Kalian Tahu"