Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

[Ekspektasi vs Realita] Karir seorang Gamer Profesional

Gmer menjadi salah satu karir pilihan
Sumber : Photo by Sean Do on Unsplash

Kita harus mengakui bahwa karena waktu, dunia berubah. Pekerjaan, skill, dan apapun yang kita punnya berubah. Kita bertambah tua, bertambah teman, dan lebih esktrim lagi kemajuan teknologi mampu menciptakan pekerjaan baru yaitu gamer profesional atau biasa disingkat dengan nama pro-gamer.

Jadi apasih pro-gamer itu? pekerjaannya ngapain aja?

Profesional Gamer adalah seseorang pemain game yang bermain game sebagai mata pencaharian, bisa dibilang bermain game adalah pekerjaan full-time nya bukan sekedar hobi. Biasanya seorang pro-gamer tergabung ke dalam satu tim esports dan bermain untuk tim tersebut.

Dalam sehari seorang pro gamer, bisa bermain game hingga 8 jam lebih. Mereka menghasilkan uang dari bayaran tim, bonus dari hasil kompetisi, dan streaming (biasanya dari hasil donasi dan afiliasi).

Platform streamer seperti Twitch.tv sangat membantu para gamer unutk mendapatkan penghasilan dengan bermain game. Jika seorang pro gamer melakukan streaming dengan kata lain menunjukkan skill mereka, para penikmat game yang menikmati gameplay atau strategi biasanya akan melakukan donasi. Bukan hanya itu, selain skill beberapa streamer juga memiliki pribadi yang menghibur sehingga sangat disukai oleh penggemarnya.

Tapi apa benar gamer adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan dan pekerjaan yang minim stress, tekanan? apakah para gamer tidak memiliki kesulitan baik secara, emosional, keuangan dan lain - lain?

Kita akan segera mengetahui mengenai Ekspektasi vs Realita di pekerjaan ini.

Realita VS Ekspektasi Seorang Gamer
Realita VS Ekspektasi Seorang Gamer


1. Pro Gamer mendapatkan banyak uang

Memang benar dengan memenangkan sebuah kompetisi game para gamer akan mendapatkan bonus dari tim yang mereka bela. Tapi berdasarkan beberapa pernyataan dari progamer yang melakukan streaming di beberapa platform seperti twitch.tv, mereka sering mengungkapkan bahwa mereka tidak selalu berlimpahan uang.

Sering kita lihat hadiah yang ada di turnamen esports sangatlah besar. Namun kenyataannya mereka kesulitan membayar player mereka, hingga banyak player terpaksa melakukan streaming tambahan agar mampu menghidupi mereka sendiri. Ini merupakan pernyataan yang pernah dikeluarkan streamer yang melakukan streaming.

Berdasarkan dengan pernyataan mereka, kita bisa melihat bahwa di industri gamer juga persaingan sangat ketat bukan hanya di dalam game juga namun juga pada manajemen dan lainnya.

Namun juga menjadi sebuah fakta juga, seorang gamer bisa meraup banyak uang dengan bermain game karena, jika manajemen tim yang mereka bela sangat bagus maka mereka akan sangat dimanjakan dengan fasilitas yang mereka idam idam kan.

2. Profesional Gamer tidak melatih kemampuan mereka 

Banyak yang tidak mengetahui lebih dalam mengenai gamer profesional dengan sering bilang, "ah mereka cuman beruntung pandai ngegame", padahal kenyataannya adalah mereka berlatih setiap hari melakukan latihan untuk bermain game dengan lebih baik. 

Mereka memainkan game kurang lebih mencapai 8 jam sehari, dengan mencoba strategi - strategi baru yang akan digunakan untuk kompetisi selanjutnya. Jika tidak ada kompetisi yang dijadwalkan, mereka melatih kemampuan mereka dengan bermain bersama dengan teman dekat mereka. Dedikasi dan persistensi mereka sangatlah tinggi untuk bermain game.

Mereka juga bermain bersama dalam tim untuk menciptakan kerjasama tim yang kompak, hal - hal inilah yang mereka latih di satu tim esports.

3. Wah jadi seorang gamer pasti tidak jenuh ya? 

Pemikiran yang satu ini juga kadang hanya merupakan ekspektasi belaka.Kenapa? banyak sekali pemain game profesional yang pensiun dini bermain game karena mereka sangat jenuh dengan kompetisi yang ada.

Bidang game ini adalah bidang yang sangat kompetitif dan sangat cepat berkembang. Setiap saat bisa datang seorang player yang sangat berbakat yang akan mengalahkan player lain. Terkadang beberapa profesional gamer pensiun karena jenuh berkompetisi dan mereka memilih alternatif lain seperti menjadi coach, menjadi streamer, dll.

Beberapa tim esports seperti NaVi dan Cloud9, menyediakan tunjangan untuk melakukan perjalanan wisata setiap bulannya untuk menghindari kejenuhan yang dialami oleh para pemain dan player mereka.

Ada juga beberapa player yang memainkan game lain untuk sekedar have fun atau bersenang - senang.

4. Gamer tidak punya skill kecuali mmm bermain game?

Wah, kalo menurut saya ini adalah sebuah penghakiman yang sangat kejam. Memang benar seorang gamer sering diibaratkan dengan orang yang anti sosial, tidak punya teman di dunia nyata, nerd, dll. Yah, tidak perlu ditampik memang beberapa hal itu memang benar.

Namun, perlu diingat ketika bermain game kamu memerlukan sebuah strategi untuk memenangkan sebuah game, apalagi jika kamu bermain game online kamu dituntut menganalisa keadaan dengan cepat dan memutuskan strategi terbaik untuk memenangkan game tersebut.

Skill ini tidak mudah untuk di bentuk, membutuhkan waktu yang lama dan harus konsisten mempelajarinya.

Banyak juga para gamer yang bisa berbahasa asing, rata - rata mereka menguasai 2 bahasa yang berbeda, bahasa asli atau bahasa mereka berasal dan bahasa inggris. Kenapa bisa begitu? karena beberapa game mempunyai gameplay dengan bahasa inggris dan para gamer sering bertemu pemain lain dengan bahasa inggris juga.

5. Halah Gamer tu enak gak ada tekanan sama sekali 

Hmmmm, apakah kamu pernah berpikir seperti itu? 

Saya masih ingat pertandingan final di the International DOTA 2 pertama saat NaVi mengalahkan EHOME dan berhasil menjadi juara The International DOTA 2 pertama kali. Pertandingan yang sangat spektakular dan sangat bersejarah, menyebabkan penggemar NaVi menjadi sangat banyak dan terus bertambah.

Namun, setelah tahun - tahun berikutnya target NaVi selalu meleset dan mereka gagal meraih gelar The International tersebut dan pada puncaknya kapten dari tim NaVi DOTA 2 harus keluar dari NaVi dan membentuk tim baru.

Beberapa sumber juga menyebutkan tekanan dan tanggung jawab yang terlalu besar menyebabkan Puppey, kapten NaVi saat itu keluar meninggalkan NaVi.

Kenyataannya memang para pemain profesional dituntut untuk memenangkan pertandingan di kompetisi yang mereka ikuti, dan harus meraih target kompetisi, sehingga mereka juga bekerja di bawah tekanan.


Demikian, adalah Realita VS Ekspektasi versi blog yokiandika, Jika kamu punya pendapat dan tambahan, silakan komen di kolom komentar dan jangan ragu - ragu untuk share ya? 

Semoga membantu.
Yoki Andika
Yoki Andika Well. I am a passionate blogger, drama lover, Tech lover, and Game Enthusiast, which will learn to write and speak English. Glad to see you here!

Post a Comment for "[Ekspektasi vs Realita] Karir seorang Gamer Profesional"